PERINGATAN HARI BAKTI PEMASYARAKATAN KE-57, AKSELERASI ADAPTASI, PEMASYARAKATAN PASTI MAJU

WhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.56.46.jpeg

Bengkulu – Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bengkulu mengikuti pelaksanaan upacara Hari Bakti Pemasyarakatan ke-57 yang di laksanakan secara daring. Kegiatan ini dilaksanakan di aula Rafflesia Kanwil Kemenkumham Bengkulu. Kepala Kantor Wilayah (Imam Jauhari) bersama Kepala Divisi Pemasyarakatan (Ika Yusanti), Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM (Kurniaman Telaumbanua) dan Plh. Kepala Divisi Keimigrasian (Ngurah Mas Wijaya Kusuma) serta Kepala UPT Pemasyarakatan dan Imigrasi yang ada di Kota Bengkulu mengikuti upacara dengan tertib dan tetap memberlakukan prosedur kesehatan, Selasa (27/04/2021).

Peringatan 57 Tahun Pemasyarakatan ini membawa semangat besar untuk mengubah mindset publik terkait sistem peradilan pidana. Salah satunya adalah menghapus kecenderungan prison oriented atau dalam menyelesaikan masalah kejahatan selalu berujung pada pemenjaraan. Hal ini disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD dalam puncak peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan (HBP) ke-57.

Menurut Mahfud, konsepsi penjara sebagai ultimum remidium (upaya terakhir) kini telah bergeser menjadi premium remidium (upaya utama). Kondisi overcrowded hanyalah sebuah “ekses” atau efek samping. “Justru yang menjadi masalah utama sebenarnya adalah kebijakan penanganan masalah kriminal kita,” tegasnya.

Saat ini, lanjut Mahfud, masyarakat masih terperangkap mindset punitif. Sehingga reaksi-reaksi seperti pemberian derita, penjeraan, penyiksaan, atau bahkan pembinasaan adalah ekspektasi yang mereka harap terwakili oleh institusi lapas. Pemasyarakatan harus diyakini bersama sebagai sebuah Tools Nation Building dan Character Building. Ini adalah semangat yang mengandung makna bahwa pemasyarakatan dituntut untuk mampu membangun kapasitas pribadi para pelanggar hukum. Agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam pendekatan sistem pemasyarakatan, terang Mahfud, membangun kapasitas tersebut dapat dilaksanakan melalui pembinaan yang berkesinambungan, sistematis, dan terarah. Tentunya dengan mengedepankan perlakuan yang manusiawi dan menghormati hak-hak mereka sebagai manusia. “Ini lah keyakinan yang sampai saat ini perlu kita perjuangkan, kita sebarkan, kita tularkan agar menjadi kesadaran kolektif dan akhirnya menjadi budaya bersama,” terangnya. Humas

WhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.41.jpeg

WhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.42.jpeg

WhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.43.jpeg

WhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.43_1.jpeg

WhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.44.jpegWhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.44_1.jpegWhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.59.06.jpegWhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.46.jpegWhatsApp_Image_2021-04-27_at_09.57.45.jpeg

 

 

Cetak